Foto Banner Selanjutnya >>

Environment

Lingkungan Sekitar Vila Botani

 

1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Vila Botani berbatasan dengan kawasan hutan Gn Salak yang sejak 2003 berstatus Taman Nasi­onal Gunung Halimun Salak (disingkat TNGHS). Kawasan TNGHS merupakan hutan alam terluas yang masih tersisa di pulau Jawa, memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Ada ratusan jenis pohon kayu di dalam hutan Gunung Salak. Di bagian pinggir, jenis pohon kayunya hanya sedikit karena dulunya lokasi tersebut merupakan kawasan hutan produksi terbatas milik Perum Perhutani. Di bagian paling bawah, terdapat 4 jenis yang dominan yaitu pinus, rasamala, puspa dan manii (Afrika). Hutan alam terletak lebih tinggi lagi. Satwa liar yang dijumpai di TNGHS meliputi berbagai jenis burung, mamalia, amfibi, reptil, dan serangga. Salah satu jenis satwa langka dan dilindungi di gunung Salak adalah Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Ada juga primata Owa jawa (Hylobates moloch) dan karnivor macan tutul (Panthera pardus).

 

Pada sisi sebelah utara barat laut kawasan VB terdapat hutan pinus TNGHS ,dahulunya ditanam Perum Perhutani sekitar tahun 1980-an. Sebelum menjadi kawasan TNGHS, pinus di­manfaatkan oleh Perum Perhutani dengan disadap getahnya. Di sebelah atas hutan pinus, ter­dapat hutan rasamala dan puspa. Dua jenis tersebut merupakan hasil reboisasi pada masa Perum Perhutani. Areal hutan pinus dekat VB sampai ke hutan puspa dan rasa­mala, sangat cocok digunakan sebagai jalur untuk trekking dan mendaki gunung. Dari hutan pinus, hutan puspa dan rasa­mala bisa dicapai dalam 45 menit jika lewat punggungan naik terus sampai ketinggian di atas 950 m dpl . Kalau menyeberangi hutan pinus pada ketinggian sekitar 800-840 m dpl butuh waktu hanya 25 menit untuk mencapai hutan puspa dan rasamala. Mulai ketinggi­an 1000 m dpl, makin banyak variasi jenis pohon di hutan.

2. Air terjun (Curug) Cimuncang

Sungai Cimuncang merupakan sungai kecil yang mengalir di hutan pinus dekat VB. Di sungai yang airnya sangat jernih ini terdapat air terjun (Curug) Cimuncang -hanya berjarak sekitar600.m dari VB. Sayang­nya, pada musim kemarau air terjun ini kadang-kadang suka menjadi kering. Masyarakat kampung setempat mengaitkan kondisi ini dengan keberadaan hutan pinus di Gn. Pohon pinus dinilai banyak menyerap air tanah lewat akar dan kemudian menguapkan kembali air yang diserap itu lewat daunnya yang berbentuk jarum. Faktor penyebab lain keringnya sungai Cimuncang adalah adanya pemanfaatan air di bagian hulu sungai oleh berbagai pihak lewat pipa paralon untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

 

3. Air terjun (Curug) Cipalasari

Kira-kira 4 km dari VB , tepatnya di sebelah bawah bekas kebun teh eks HGU, Anda dapat menjumpai air terjun (Curug) Cipalasari. Air terjun ini jauh lebih tinggi (men­capai sekitar 25m), deras dan indah diban­ding air terjun Cimuncang. Pada hari libur, kawasan curug ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal teruta­ma kaum muda. Air terjun ini juga dimanfaatkan oleh warga dari beberapa kampung sebagai sumber air bersih. Di sebelah atas Curug Cipalasari, ada curug lagi yang lebih besar berjarak sekitar 3 km dari Curug Cipalasari. Curug itu jarang dikunjungi karena jaraknya terlalu jauh.

4. Kawasan lahan pertanian masyarakat setempat

Di dekat kawasan VB terdapat beberapa blok lahan pertanian yang dikelola petani setempat yang ber­asal dari kampung Cijulang dan Tapos (Desa Sukaharja) serta dari kampung Tajur Halang Pojok dan Tajur Halang Kampus (Desa Tajur Halang). Jenis tanaman yang banyak diusahakan adalah nenas, talas, pi­sang serta berbagai jenis sayuran. Nenas dan talas banyak ditanam karena cocok dengan kondisi tanah yang rata-rata bersifat asam. Nenas yang ditanam petani adalah jenis nenas Bogor yang terkenal karena jika telah matang daging buahnya terasa sangat manis dengan kadar air yang rendah. Adapun jenis talas yang ditanam ada beberapa seperti talas ungu (talas Loma), talas ketan (talas Bogor asli), talas Lampung (talas Bulkok), talas hijau (talas Hejo), dan talas Bentul
Di sebelah atas kampung Tajur Halang Pojok terdapat kawasan pertanian yang dikenal dengan sebutan lahan eks HGU kebun teh (HGB PT BSS) seluas 45 ha. Sebelumnya di lahan ini terdapat kebun teh yang sebagian masih produktif. Kemudian sejak 2007, lahan itu mulai dikuasai dan digarap mas­ya­rakat. Pada 2008 seluruh kawasan lahan telah diambil-alih dan digarap masyarakat setempat. Petani setempat juga menanam berbagai jenis tanaman pohon buah dan pohon kayu untuk mengkonservasi tanah dan air. Apabila melewati kawasan ini, Anda dapat membeli nenas dan talas langsung dari petani untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.  

 

5. Usaha peternakan sapi perah

Usaha peternakan sapi perah terdapat di kampung Tajur Halang Pojok. Produk utama yang dihasilkan adalah susu sapi segar yang dijual ke Koperasi Susu KPS Bogor. Peternakan sapi perah berskala kecil dengan rata-rata pemilikan sapi 2-3 ekor/peternak. Peternak sapi di kampung ada kira-kira 40 orang dengan jumlah sapi sekitar 200-an ekor. Keluarga yang kaya mempunyai lebih banyak sapi, paling ban­yak 8 ekor. Jika Anda ingin membeli susu sapi segar yang baru diperah, silakan jalan ke arah kam­pung Tajur Halang Pojok untuk membeli langsung dari peternak setempat. Biasanya susu sapi siap dijual/di­kirim ke KPS pada pagi hari pukul 7-8 dan sore hari pukul 3-4. Anda bisa mendapatkan susu segar dengan harga Rp 5000-6000 per liter.
Kotoran dari peternakan sapi perah juga sudah mulai dimanfaatkan oleh peternak untuk menghasilkan bahan bakar berupa biogas. Terdapat 2 unit instalasi biogas milik peternak setempat. Anda dapat ber­kunjung langsung ke rumah warga untuk melihat dan mempelajari instalasi biogas itu. Sayangnya, ke­banyakan kotoran sapi masih dibuang, biasanya dibuang ke kali. Ada peluang pemanfaatan kotoran sapi untuk produksi kompos skala besar.

6. Usaha budidaya tanaman hias

Usaha tanaman hias banyak dilakukan warga kampung Tajur Halang Pojok, Cijulang dan Tapos. Jika Anda hendak mencari tanaman hias (bunga), Anda dapat langsung berkunjung ke pang­kalan kembang milik para petani yang biasanya berupa saung kecil di halaman rumah. Tahun 2007 harga tanaman hias men­ingkat, apalagi untuk jenis anthurium. Saat ini jumlah petani tanaman hias sudah jauh berkurang karena turunnya harga jual. Banyak petani tanaman hias yang beralih ke usaha baru seperti budidaya ikan air tawar yang airnya bersumber dari Curug Cipalasari.

 

  [Copyright ©by Alex Korns]

Partners

Vilabotani Partners